Belajar Investasi bagi Pemula lewat “Simple Trading, Simple Investing”

Penulis: Ryan Filbert, Author Simple Trading, Simple Investing

Mana yang kamu pilih, hal yang sederhana atau kompleks? Mungkin, kamu akan paham pilihanmu lewat kisah kecil satu ini.

Ada satu kisah, seorang nenek memanggil cucunya untuk makan, beliau selalu mengingatkan untuk mencuci tangan sampai bersih. Selain itu, dia juga meminta untuk selalu menjaga kebersihan, baik mandi secara teratur dan tidur yang cukup.

Di tahun-tahun pandemi ini semua tiba-tiba kembali diingatkan untuk menjaga kesehatan, berolah raga, makan teratur, minum vitamin, dan mencuci tangan. Apakah hal-hal tersebut adalah sesuatu yang kompleks atau sebenarnya kita kembali pada nilai-nilai yang sederhana?

Pada era kehidupan modern, kadang kita mencari cara-cara ekstra yang terbilang kompleks untuk sebuah kesuksesan, misalnya saja, banyak orang berusaha mencari obat agar menjadi sehat. Bukankah obat diminum ketika kita sakit?

Baca juga: Suka Duka Kuliah di Inggris, Tak Melulu Seindah Feeds Instagram

Hal yang sama juga terjadi dalam perilaku keuangan dan berinvestasi, semua orang berbondong-bondong mencari “resep kaya dari investasi” yang kompleks. Apakah hal ini salah?

Tentu tidak, karena siapa pun boleh memilih metode apa pun untuk mendapatkan kesuksesan. Namun apakah cara yang kompleks selalu lebih baik dibandingkan cara sederhana?

Jawabannya adalah serumit apa pun sebuah cara investasi dan strateginya, termasuk pilihan instrumennya, tetap tidak menghindarkan diri kita dari kerugian. Sesuatu yang kompleks yang jelas akan memakan effort kita untuk berupaya lebih dan berbiaya lebih.

Bilamana cara kompleks dan sederhana sama-sama berpotensi menghasilkan, apakah sebenarnya kita tidak lebih baik mulai melakukan dari hal-hal yang sederhana?

Jadi, apakah strategi paling sederhana dalam berinvestasi yang terbukti dalam satu abad terakhir? (Ini dapat dibuktikan dengan mempelajari pasar saham Amerika dari tahun 1890). Strategi apa yang bisa menyelamatkan seorang investor dari kerugian?

Baca juga: 5 Negara dengan Populasi Terbanyak di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?