Mandiri Investment Forum 2022 Ulas Kondisi Ekonomi dan Strategi Bisnis

INFO BISNIS – Bank Mandiri kembali mengadakan forum investasi terbesar di Indonesia, yaitu Mandiri Investment Forum (MIF) 2022. Forum ini hasil kolaborasi antara Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas, serta didukung oleh Kementerian Investasi.

MIF 2022 yang menjadi penyelenggaraan ke-11 kali, ditujukan untuk memberi kesempatan kepada para investor mendengarkan dan menyimak berbagai isu ekonomi dan investasi di Indonesia.

Menurut Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan, MIF 2022 merupakan forum yang sangat strategis untuk memahami bagaimana kondisi ekonomi dan strategi bisnis ke depan di tengah siklus pemulihan ekonomi Indonesia.

“Forum ini akan memberikan berbagai penjelasan dan pemahaman mengenai potensi bisnis sejalan dengan perekonomian yang akan mengalami akselerasi dalam beberapa tahun ke depan, serta memberikan akses informasi kepada para peserta untuk mendengarkan secara langsung berbagai pandangan dan prespektif dari para pembicara terkemuka, yang meliputi sejumlah Menteri Kabinet RI, pimpinan-pimpinan perusahaan, dan para profesional di bidangnya masing-masing,” kata Panji.

Pada acara puncak, Macro Day, Rabu, 9 Februari 2022, akan membahas berbagai strategi dan kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia, dalam rangka menyeimbangkan antara menjaga stabilitas ekonomi, sekaligus mendorong pemercepatan pemulihan di tengah tantangan normalisasi kebijakan yang dilakukan oleh banyak negara di dunia, terutama negara-negara maju. Kebijakan untuk mempercepat pemulihan ekonomi antara lain dilakukan melalui kebijakan reformasi struktural, dan juga percepatan transormasi digital serta perekonomian berbasis ESG (environmental, social and governance) dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.    

“Kita semua optimis bahwa kondisi di ekonomi pada tahun 2022 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021. Badan Pusat Statistik kemarin mempublikasikan data pertumbuhan ekonomi pada Q421, yang juga sekaligus data PDB sepanjang tahun 2021,” tutur Panji.

Dia melanjutkan, PDB Indonesia pada Q421 tumbuh 5,02 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Q321 yang sebesar 3,51 persen yoy. Hasil positif ini sejalan dengan pelonggaran PPKM, meningkatnya mobilitas masyarakat dan belanja rumah tangga, serta tingkat keyakinan konsumen yang terus membaik. Sepanjang tahun 2021 PDB domestik tumbuh positif sebesar 3,69 persen, setelah mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen pada 2020.

Tim ekonomi Bank Mandiri memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini akan mencapai 5,17 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada 2021. “Namun demikian, kita masih harus tetap waspada terhadap berbagai tantangan yang harus kita hadapi tahun ini dan beberapa tahun ke depan,” kata Panji mengingatkan.

Salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah normalisasi kebijakan moneter, atau kenaikan suku bunga kebijakan yang dilakukan oleh negara maju, khususnya Amerika Serikat. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kenaikan inflasi secara signifikan karena dampak dari permasalahan rantai pasok, serta kenaikan harga-harga komoditas global.

Dia menambahkan, dinamika global tersebut dapat berdampak pada perekonomian Indonesia yang masih berada pada proses pemulihan. Di sisi lain, ruang fiskal untuk mempercepat pemulihan ekonomi juga semakin terbatas, dengan berjalannya proses konsolidasi menuju target defisit fiskal berada di bawah 3 persen terhadap PDB pada tahun 2023.

Seluruh topik strategis tersebut akan dibahas dalam Mandiri Investment Forum 2022. Forum ini akan menjadi sebuah sarana komunikasi antara para penentu kebijakan dengan para investor dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, untuk mengetahui strategi kebijakan ekonomi yang akan diterapkan demi menjaga momentum pemulihan, sekaligus menjaga stabilitas ekonomi dari berbagai risiko dan tantangan yang harus dihadapi. Sesuai tema yang diambil pada Mandiri Investment Forum 2022 kali ini, ekonomi Indonesia tahun ini bersiap untuk “Recapturing the Growth Momentum”.    (*)